Pemerintah Indonesia hanya menjadi penonton ketika para negara-negara maju dunia berdiskusi soal masalah perang mata uang yang berpotensi memicu krisis ekonomi baru.
Menteri Agus Martowardojo mengatakan, pemerintah lebih cenderung memperhatikan dan menjaga agar efek yang ditimbulkan akibat perang mata uang tersebut.
"Sebetulnya ini (perang mata uang) lebih diskusi di negara-negara besar dan kita memperhatikan menjaga agar jangan dampak di dunia itu berpengaruh di Indonesia secara yang kita tidak duga," ujarnya ketika ditemui di Gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta, Rabu (20/10/2010).
Menurut Agus, negara-negara maju lebih merasakan adanya perang mata uang tersebut karena nilai tukar negara China yang sengaja dibuat melemah mengakibatkan penguatan besar untuk negara-negara tersebut.
"Karena satu hal yakni yang paling utama ekonomi global masih belum sehat," katanya.
Pada bagian lain, Agus mengatakan adanya kenaikan suku bunga yang juga dilakukan China juga tidak berpengaruh besar. "Itu hanya gejolak-gejolak sedikit. Tapi tidak terlalu mengagetkan," katanya.
Sekarang, lanjut Agus, bank sentral sudah mempunyai kebijakan sendiri. "Seperti SBI yang di-hold 1 bulan. Nah kalau tidak di-hold 1 bulan, itu sudah kaget-kagetan," tuturnya.
Lebih lanjut Agus mengatakan, kenaikan suku bunga tersebut yang menimbulkan gejolak sedikit akan kembali netral dalam waktu dekat.
Herdaru Purnomo - detikFinance
0
komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)